Pages

Sabtu, 18 Desember 2010

ANAK CACAT BERPRESTASI, GARAP SOAL UNAS DENGAN KAKI

 Keterbatasan fisik, ternyata tidak menghalangi seseorang meraih sukses dalam pendidikan khususnya dalam melaksanakan ujian nasional. Di Gresik Jawa Timur, seorang siswa cacat yang tidak memiliki sepasang tangan, mampu menggarap soal ujian dengan baik, menggunakan kedua kakinya yang mengecil.


Lahir dengan fisik terbatas, tak membuat Muhammad Amanatullah, putra bungsu 6 bersaudara pasangan Alianto dan Nasifah, warga Jalan Kartini Gang 16 Nomor 21 Kota Gresik ini, harus putus asa dan minder dalam beraktifitas sehari-hari.

Karena tangannya yang kecil dan tidak berjari, menyebabkan A’am terpaksa memanfaatkan mulut, leher dan jari-jari kakinya untuk ber-aktifitas. Bahkan, untuk menulis sekalipun, harus menggunakan jemari kakinya. namun, dengan keterbatasannya ini, siswa kelas 3 SLTP 4 Gresik ini justru mampu menuntut ilmu dengan baik.

Sepeda kecil roda tiga hasil modifikasi ayahnya, selalu menemani A’am berangkat ke sekolah, meski kadang-kadang harus di bantu teman sekelasnya agar tidak jatuh.

Dengan jemari kakinya yang kecil, anak yang bercita-cita menjadi pelukis handal ini, selalu lincah memainkan pensil, untuk menjawab satu persatu soal ujian nasional.

Untuk mengikuti Ujian Nasional, A’am mempersiapkan diri dengan baik melalui belajar intensif di rumah serta mengikuti bimbingan belajar siswa.


Kamis, 02 Desember 2010

Penyandang Cacat yang Berprestasi

Bali: Untuk sebagian orang cacat fisik merupakan kendala dalam berkarya, tetapi tidak dengan Sukrawan yang seorang tuna netra. Ia seorang penabuh drum yang handal, bahkan Sukrawan pernah menjuarai pemain drum terbaik versi RRI Bali tahun 2009.
Sukrawan memiliki band yang seorang penyanyinya juga seorang tuna netra, Anisa. Meski kekurangan secara fisik, bukan berarti tidak berprestasi. Grup band Sukrawan dan kawan-kawan sering tampil di berbagai acara.
Selain Sukrawan dan bandnya, beberapa gadis tuna rungu di Bali adalah penari yang gemulai. Meski tak bisa mendengar, gerakan mereka tetap pas dengan musik yang mengiringinya.
Ari Saraswati, seorang instruktur dan pengurus panti sosial Bina Netra Mahatmiya lah yang telah mengajari mereka, sehingga mereka walaupun cacat tetapi tetap memiliki prestasi yang membanggakan.(IDS/AYB).

Anak Cacat di Gianyar Tampil Memukau 

Cacat fisik tak menjadi halangan bagi sekelompok anak cacat di Gianyar, Bali, untuk tetap beraktivitas dalam kesenian. Meski menyandang cacat bisu dan tuli, penari anak cacat yang berasal dari Yayasan Ikang Papa ini tampil memukau dalam sebuah pentas seni tari di Balai Budaya Gianyar, belum lama ini.

Mereka sanggup membawakan beberapa tari Bali seperti Tari Condong, Tari Baris, Tari Wirayuda, dan Tari Puspanjali dengan baik. Karena tidak mampu mendengar suara gamelan dengan baik, para penari ini mengikuti petunjuk atau isyarat gerakan tangan dari pelatih mereka.

Selain di Gianyar, mereka juga sudah menari di beberapa tempat lainnya di Bali. Lewat seni tari ini, anak-anak cacat ingin membuktikan bahwa keterbatasan fisik tak menjadi halangan untuk tetap berprestasi.

Reviera, Anak Down Syndrome Juara Renang Internasional

Tak pernah terbayang oleh Goieha (55), bahwa anaknya Reviera Novitasari (15) yang menderita down syndrome mendapat medali perunggu renang 100 meter gaya dada pada kejuaraan renang internasional di Canberra Australia, 11-13 April 2008.

"Saya tahu dia menderita down syndrome tak lama setelah bersalin. Waktu itu perasaan saya tidak karuan," aku Goieha pada Kompas.com.
Goieha ingat, sejak dilahirkan wajah anak keempatnya itu mempunyai paras muka yang hampir sama seperti muka orang Mongol. Untuk memastikan keadaan Reviera, dokter di R.S Manuela Jakarta menyarankan untuk memeriksakan darahnya di saat umurnya sudah enam bulan. "Saya sangat kaget dan sedih. Dokter memberikan gambaran terburuk, kalau anak down syndrome tidak bisa mandiri. Jangankan megang pensil, nyisir aja tidak bisa," ungkap isteri Tan Bun Hok (55) mengenang.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium, kromosom Reviera berjumlah 47. Bayi normal dilahirkan dengan jumlah kromosom sebanyak 46 kromosom (23 pasang) yaitu hanya sepasang kromosom 21 (2 kromosom 21). Menurut penelitian para ahli, 95 persen penderita down syndrome memang disebabkan kelebihan kromosom 21.