ANAK CACAT BERPRESTASI, GARAP SOAL UNAS DENGAN KAKI
Keterbatasan fisik, ternyata tidak menghalangi seseorang meraih sukses dalam pendidikan khususnya dalam melaksanakan ujian nasional. Di Gresik Jawa Timur, seorang siswa cacat yang tidak memiliki sepasang tangan, mampu menggarap soal ujian dengan baik, menggunakan kedua kakinya yang mengecil.
Lahir dengan fisik terbatas, tak membuat Muhammad Amanatullah, putra bungsu 6 bersaudara pasangan Alianto dan Nasifah, warga Jalan Kartini Gang 16 Nomor 21 Kota Gresik ini, harus putus asa dan minder dalam beraktifitas sehari-hari.
Karena tangannya yang kecil dan tidak berjari, menyebabkan A’am terpaksa memanfaatkan mulut, leher dan jari-jari kakinya untuk ber-aktifitas. Bahkan, untuk menulis sekalipun, harus menggunakan jemari kakinya. namun, dengan keterbatasannya ini, siswa kelas 3 SLTP 4 Gresik ini justru mampu menuntut ilmu dengan baik.
Sepeda kecil roda tiga hasil modifikasi ayahnya, selalu menemani A’am berangkat ke sekolah, meski kadang-kadang harus di bantu teman sekelasnya agar tidak jatuh.
Dengan jemari kakinya yang kecil, anak yang bercita-cita menjadi pelukis handal ini, selalu lincah memainkan pensil, untuk menjawab satu persatu soal ujian nasional.
Untuk mengikuti Ujian Nasional, A’am mempersiapkan diri dengan baik melalui belajar intensif di rumah serta mengikuti bimbingan belajar siswa.
Hampir tak ada kendala dalam menempuh pendidikan, hanya saja, keterbatasan fisiknya kadang-kadang membutuhkan uluran tangan temannya agar bisa sampai ke ruang kelas. apalagi, ruang kelas untuk melaksanakan ujian kali ini berada di lantai 2.
“Persiapan ujian ini, saya banyak belajar di rumah dan mengikuti les dengan teman-teman”, ujar A’am. Menurut A’am, salah satu kendala mengikuti ujian adalah keberadaan ruang kelasnya yang ada di lantai 2. “Teman-teman saya baik hati, mereka membantu saya naik ke lantai 2” tambah A’am.
Sewaktu di bangku sekolah dasar, A’am bersekolah di sekolah dasar luar biasa. Namun, karena prestasinya yang mengagumkan, oleh pemerintah, A’am di terima di sekolah umum, untuk meningkatkan prestasinya.
Menurut pihak sekolah, prestasi pelajaran A’am tergolong baik dan nilainya selalu berada di atas rata-rata temannya. Meski demikian, pihak sekolah tidak memperlakukan A’am secara istimewa.
“Tidak ada perlakukan khusus pada A’am, semua berjalan sebagaimana biasa. Hanya saja, bangku A’am memang di buat secara khusus”. Ujar Djalil kepala sekolah SLTP 4 Gresik.
Satu hal yang tak pernah di lupakan A’am adalah saat di undang secara khusus oleh Kapolri Jendral Polisi Sutanto dalam acara peringatan hari Bhayangkara di Jakarta 4 tahun lalu. saat itu, A’am di minta memperagakan cara melukis dengan kaki. Dan satu lukisan A’am terjual seharga 2 juta rupiah.
Ada satu keinginan A’am yang hingga kini belum terwujud, yakni memiliki sepeda roda 3 bermesin, agar bisa beraktifitas secara praktis. Sebab, kedua kakinya tidak bisa mengayuh sepeda roda tiga yang digunakan sekarang ini. Apalagi, ayahnya yang hanya bekerja sebagai sopir truk, berpenghasilan pas-pasan.
Karena tangannya yang kecil dan tidak berjari, menyebabkan A’am terpaksa memanfaatkan mulut, leher dan jari-jari kakinya untuk ber-aktifitas. Bahkan, untuk menulis sekalipun, harus menggunakan jemari kakinya. namun, dengan keterbatasannya ini, siswa kelas 3 SLTP 4 Gresik ini justru mampu menuntut ilmu dengan baik.
Sepeda kecil roda tiga hasil modifikasi ayahnya, selalu menemani A’am berangkat ke sekolah, meski kadang-kadang harus di bantu teman sekelasnya agar tidak jatuh.
Dengan jemari kakinya yang kecil, anak yang bercita-cita menjadi pelukis handal ini, selalu lincah memainkan pensil, untuk menjawab satu persatu soal ujian nasional.
Untuk mengikuti Ujian Nasional, A’am mempersiapkan diri dengan baik melalui belajar intensif di rumah serta mengikuti bimbingan belajar siswa.
Hampir tak ada kendala dalam menempuh pendidikan, hanya saja, keterbatasan fisiknya kadang-kadang membutuhkan uluran tangan temannya agar bisa sampai ke ruang kelas. apalagi, ruang kelas untuk melaksanakan ujian kali ini berada di lantai 2.
“Persiapan ujian ini, saya banyak belajar di rumah dan mengikuti les dengan teman-teman”, ujar A’am. Menurut A’am, salah satu kendala mengikuti ujian adalah keberadaan ruang kelasnya yang ada di lantai 2. “Teman-teman saya baik hati, mereka membantu saya naik ke lantai 2” tambah A’am.
Sewaktu di bangku sekolah dasar, A’am bersekolah di sekolah dasar luar biasa. Namun, karena prestasinya yang mengagumkan, oleh pemerintah, A’am di terima di sekolah umum, untuk meningkatkan prestasinya.
Menurut pihak sekolah, prestasi pelajaran A’am tergolong baik dan nilainya selalu berada di atas rata-rata temannya. Meski demikian, pihak sekolah tidak memperlakukan A’am secara istimewa.
“Tidak ada perlakukan khusus pada A’am, semua berjalan sebagaimana biasa. Hanya saja, bangku A’am memang di buat secara khusus”. Ujar Djalil kepala sekolah SLTP 4 Gresik.
Satu hal yang tak pernah di lupakan A’am adalah saat di undang secara khusus oleh Kapolri Jendral Polisi Sutanto dalam acara peringatan hari Bhayangkara di Jakarta 4 tahun lalu. saat itu, A’am di minta memperagakan cara melukis dengan kaki. Dan satu lukisan A’am terjual seharga 2 juta rupiah.
Ada satu keinginan A’am yang hingga kini belum terwujud, yakni memiliki sepeda roda 3 bermesin, agar bisa beraktifitas secara praktis. Sebab, kedua kakinya tidak bisa mengayuh sepeda roda tiga yang digunakan sekarang ini. Apalagi, ayahnya yang hanya bekerja sebagai sopir truk, berpenghasilan pas-pasan.
0 komentar:
Posting Komentar